Blog

Pengumuman

5 Tantangan Industri Baja Tahun 2025

5 Steel Industry Challenges in 2025

Sumber : Investor.id | 6 Januari 2025

Industri baja di Indonesia diharapkan tetap berkembang dan mampu mendukung sektor konstruksi dengan produk baja khusus yang dibutuhkan. Namun demikian, industri baja nasional juga masih dihadapkan pada sejumlah tantangan pada tahun 2025 ini.

Secara umum, sektor konstruksi Indonesia diperkirakan akan terus menggeliat dan menjadi pendorong utama perekonomian nasional pada tahun 2025. Hal tersebut pada gilirannya dipercaya dapat memberikan dampak terhadap industri baja yang menjadi salah satu material utama berbagai proyek infrastruktur.

Ada lima tantangan sekaligus peluang yang bakal mewarnai perjalanan industri baja Indonesia pada 2025. Pertama, kelebihan kapasitas global dan persaingan baja impor. Tak hanya di Indonesia, industri baja global tengah menghadapi tantangan besar terkait kelebihan kapasitas produksi yang sangat signifikan.

Data Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) mencatatkan pada tahun 2022, kelebihan kapasitas global mencapai 632 juta ton. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan bahwa tambahan kapasitas sebesar 158 juta ton akan terjadi pada periode 2024-2026.

Kelebihan kapasitas ini menyebabkan peningkatan ekspor baja, terutama dari China, yang merugikan produsen baja di negara-negara tujuan ekspor, termasuk Indonesia.

Direktur Eksekutif IISIA, Widodo Setiadharmaji, menyatakan bahwa lonjakan ekspor baja China pada 2023 yang meningkat 39% menjadi 92 juta ton, telah menambah persaingan dalam pasar global. Sementara itu, pada 2023, impor baja dari China ke Indonesia meningkat tajam hingga 42%, mencapai 4,05 juta ton, yang memicu kesulitan bagi produsen baja lokal untuk bersaing.

“Hal ini disebabkan harga baja dari China yang lebih murah, mengingat dukungan pemerintah Tiongkok terhadap industri baja mereka,” ungkap Widodo dalam keterangan resmi, pada Senin (6/1/2024).

Namun di sisi lain, persaingan harga baja impor lebih murah juga menimbulkan peluang bagi industri baja domestik untuk meningkatkan daya saing melalui kebijakan yang mendukung.

Kedua, terkait kebijakan harga gas bumi tertentu (HGBT) yang memberi tantangan dan harapan bagi industri baja nasional. Adapun Pemerintah Indonesia baru saja memperpanjang kebijakan ini melalui penerbitan Kepmen ESDM No. 255.K/MG.01/MEM.M/2024, untuk memberikan tarif gas bumi yang lebih kompetitif untuk industri baja. Meskipun belakangan, kebijakan HGBT juga belum dipastikan berlanjut pada 2025.

Padahal, dengan pasokan energi yang lebih terjangkau, produsen baja di Indonesia dapat memproduksi baja dengan biaya yang lebih efisien, meningkatkan daya saing produk baja domestik baik di pasar lokal maupun internasional.Kebijakan HGBT diharapkan dapat meringankan beban biaya produksi baja, yang pada akhirnya memungkinkan industri baja Indonesia untuk mempertahankan pangsa pasar domestik serta memperluas pasar ekspornya.

TENTANG KAMI

Bakrie & Brothers history bg

Perjalanan perusahaan dimulai dengan kisah bisnis perdagangan kecil yang berkembang, dan selama lebih dari 75 tahun berkecimpung di bisnis investasi / divestasi, telah mencapai berbagai prestasi dan mengantarkan Bakrie menjadi salah satu korporasi terkemuka di Indonesia.