Himpun Revenue Rp.2,4 Triliun, Raup Laba Rp.349 Miliar
Sumber: Humas BNBR | 30 Okt 2019
PT Bakrie & Brothers Tbk (“Perseroan” atau “BNBR”) berhasil mencatatkan kinerja yang semakin cerah. Setelah berhasil menorehkan prestasi positif pada semester pertama 2019 lalu, di kuartal III tahun ini BNBR berhasil meraih laba bersih sebesar Rp.349,496 miliar, sementara kuartal III tahun 2018 lalu Perseroan masih mencatatkan kerugian sebesar Rp.1,221 triliun. Pendapatan (revenue) Perseroan juga naik 6,16 persen menjadi Rp.2,473.277 triliun.
“Kerja keras yang dilakukan beberapa tahun terakhir telah membuahkan hasil nyata. Kami dapat menjaga konsistensi kinerja positif yang berhasil kami catatkan sejak semester pertama lalu. Pada kuartal ketiga ini, BNBR kembali mencetak laba dan ini sangat menggembirakan bagi para pemangku kepentingan, terutama investor,” kata Direktur Utama BNBR, Anindya Novyan Bakrie di Jakarta, Minggu (3/11).
Dalam Laporan Keuangan yang dirilis hari Rabu (30/10) ini, indikator finansial BNBR memperlihatkan capaian yang lebih baik jika dibanding kuartal III tahun lalu. Selain berhasil meraup laba bersih (net profit) Rp. 349,496 miliar, Perseroan pada periode ini juga berhasil menghimpun pendapatan (revenue) yang lebih besar yakni Rp. 2,473.277 triliun, naik sebesar 6,16 persen dibanding perolehan revenue di periode yang sama 2018 lalu yang hanya mencapai Rp. 2,329.848 triliun.
“Peningkatan perolehan laba Perseroan pada kuartal III dan semester pertama tahun ini adalah catatan yang bagus. Sebab, tahun lalu Perseroan masih mencatat rugi Rp. 1,2 triliun lebih,” ujar Anindya Bakrie.
Lebih jauh ia menjelaskan, sejumlah faktor juga ‘mengangkat semangat’ Perseroan sejak beberapa bulan terakhir, yaitu kinerja anak perusahaan yang makin baik dan memberikan kontribusi positif. “Sejak akhir Desember 2018 hingga pertengahan 2019, beberapa unit usaha menampilkan performa lebih bagus dibanding waktu-waktu sebelumnya,” katanya.
Buah Restrukturisasi
Seperti diketahui, sejak beberapa tahun belakangan ini BNBR memang konsisten melakukan berbagai upaya perbaikan posisi keuangan, utamanya dengan restrukturisasi utang serta menjalankan program cost reduction dan efisiensi besar-besaran di tingkat operasional anak-anak usaha. “Secara bertahap, kinerja BNBR berhasil kita perbaiki dan tingkatkan. Beban utang secara konsisten terus berkurang dan nilai aset meningkat. Tahun lalu, kita juga melakukan konversi sebagian utang menjadi saham dan ini turut meringankan beban kita secara cukup signifikan,” papar Anin.
Tercatat dalam Laporan Keuangan, beban utang dan bunga Perseroan memang berkurang dari Rp.344,630 miliar pada kuartal III 2018 menjadi tinggal Rp.129,121 miliar pada periode yang sama tahun ini. “Inilah salah satu bukti dan buah keberhasilan restrukturisasi keuangan Perseroan beberapa tahun terakhir,” kata Anindya lagi.
Capaian Dan Pengembangan Bisnis Anak Perusahaan
Dari sisi finansial, pada kuartal III 2019 ini, PT Bakrie Pipe Industries (BPI), unit usaha Perseroan yang memproduksi pipa baja, mampu mencatatkan revenue sebesar Rp 1,295 triliun, meningkat 8,7% dibanding tahun 2018 yang sebesar Rp 1,191 triliun. Ini terjadi karena adanya sejumlah proyek berkesinambungan bersifat multi-years serta sejumlah proyek baru di sektor oil & gas maupun diluar oil & gas.
BPI saat ini mendapatkan sejumlah proyek oil & gas baru, antara lain pengadaan pipa untuk Saka Energy di wilayah Jawa Timur dan proyek Pembangkit Jawa I (IPP Jawa I). Kedua proyek ini semakin memperkuat proyek multiyears pengadaan pipa untuk bisnis Pertamina di sektor downstream (hilir) yang sudah bergulir sejak akhir 2017 dan tuntas pada semester I 2019 lalu.
Sementara itu, di sektor non oil & gas, tahun ini BPI kembali berhasil memenangkan tender proyek PLN untuk pengadaan tiang listrik. “Proyek pengadaan tiang listrik senilai Rp 400 miliar ini didapatkan kembali oleh perusahaan selama dua tahun berturut-turut. Ini capaian menggembirakan. Semua disokong penjualan para distributor BPI yang tersebar di seluruh Indonesia, selain adanya faktor cost reduction berupa efisiensi bahan baku di dalam proses produksi pipa baja,” kata Anindya Bakrie, seraya menambahkan bahwa rejection rate dalam produksi di PT BPI secara konsisten telah dapat ditekan, dan saat ini tidak lebih dari 0,5 persen.
Dilanjutkan Anindya, PT BPI tidak lama lagi akan mewujudkan upayanya sebagai perusahaan industri pipa baja yang lebih terintegrasi, yang mampu menjadi perusahaan one-stop shopping untuk produk pipa baja. Harapan ini didukung investasi di bidang teknologi industri. Untuk diketahui, belum lama ini BPI berinvestasi dalam pengadaan mesin pipa spiral (helical submerged arc welded/HSAW). Mesin canggih ini melengkapi mesin produksi pipa yang sudah ada seperti high frequency welded pipe (HFW) dan longitudinal submerged arc welded (LSAW). “HSAW diharapkan beroperasi pada kuartal III 2019. Dengan ini, BPI telah ‘naik kelas’ menjadi perusahaan one-stop shopping produk pipa baja,” ujar Anin.
PT Bakrie Autoparts, unit usaha lain Perseroan yang memproduksi komponen otomotif, di kuartal III 2019 mampu meraup revenue tak kurang dari Rp.529,5 miliar. PT Bakrie Autoparts (BA) juga terus ditantang untuk meningkatkan kinerjanya di tengah besarnya peluang sekaligus persaingan. “Memang banyak challenge yang dihadapi BA, namun kami melihat, peluang bisnis di tengah semakin maraknya industri otomotif nasional, juga masih banyak,” ujar Anindya.
Ia percaya, industri otomotif nasional dalam beberapa tahun ke depan sudah lebih leluasa untuk mengembangkan bisnis mereka, sehingga mendatangkan efek sangat baik bagi kinerja industri komponen. “Saya melihat, dua tahun terakhir industri otomotif lebih banyak menahan diri, wait and see, terkait dengan kondisi politik di dalam negeri. Nah, ke depan mereka akan lebih ofensif dalam mengembangkan bisnis. PT Bakrie Autoparts bisa mengambil manfaat dari situasi itu,” katanya.
Secara khusus, ia menyebutkan potensi besar yang dapat dimanfaatkan oleh PT Bakrie Autoparts dari kecenderungan peralihan orientasi pengembangan kendaraan listrik di dalam negeri. Anindya mengatakan, langkah maju Perseroan melalui PT Bakrie Autoparts dalam mengembangkan bus listrik – bekerja sama dengan industri kendaraan listrik terkemuka dari Tiongkok, BYD Auto Co.Ltd – adalah sebuah lompatan signifikan guna mendapatkan manfaat bisnis lebih besar.
Lebih rinci Anindya menjelaskan, bahwa PT Bakrie Autoparts terus melakukan proses uji coba dan sosialisasi dengan beberapa perusahaan transportasi umum terbesar di Indonesia seperti Trans Jakarta dan PPD. Diharapkan, proses uji coba dapat rampung akhir tahun ini dan proses pengadaan dapat dimulai tahun depan. “Melihat kesiapan dan reputasi mitra kami yakni BYD sebagai produsen bus listrik terbesar di dunia, PT Bakrie Autoparts mempunyai posisi yang sangat baik untuk dapat menjadi pemimpin pasar bus listrik di Indonesia, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan PT. Bakrie Autoparts secara signifikan,” kata Anin sambil menyebutkan bahwa PT Bakrie Autoparts juga mulai aktif menjalin kerjasama dengan beberapa produsen komponen di Indonesia demi memastikan bus listrik BYD yang akan dipasok mempunyai tingkat kandungan lokal yang tinggi.
Ditambahkannya, PT. Bakrie Autoparts juga akan terus meningkatkan kapabilitas dan peremajaan fasilitas produksinya, melalui investasi fasilitas iron casting terkini dengan output rate produksi yang tinggi dan akan meminimalkan rejection rate. “Rate nya sekarang sudah di bawah 7 persen saja,” ujarnya.
Sedangkan PT Bakrie Building Industries (BBI), unit usaha Perseroan yang memproduksi aneka bahan bangunan, juga terus melakukan serangkaian improvement, dalam menghasilkan sejumlah jenis bahan bangunan yang bermanfaat, sambil terus membenahi proses produksi. “Manajemen PT BBI telah mampu menekan rejection rate hingga tak lebih dari empat persen saja,” kata Anin.
Tren industri properti yang belakangan menurun juga tidak menyurutkan langkah perusahaan untuk berinovasi demi meningkatkan performanya. Ke depan, PT BBI akan lebih fokus pada produk bahan bangunan ramah lingkungan, dan dengan menawarkan ‘solusi total’ kepada pelanggan. “Teknologi bangunan prefab (prefabrikasi) dan modular yang sudah ditekuni sejak 3-4 tahun lalu mulai bergulir dan membuahkan hasil berupa pengerjaan beberapa project walaupun belum dalam skala yang cukup besar. Ini juga untuk menjawab tantangan program satu juta rumah dari pemerintah,” kata Anindya.
Ia menambahkan, PT BBI juga berinovasi menghasilkan solusi infrastruktur yang berorientasi pada perlindungan lingkungan seperti sound-barrier (pelindung suara) dan breakwater (pemecah ombak) yang dikembangkan untuk kebutuhan keamanan dan kelestarian lingkungan. Produk breakwater “A-Jack” yang dikembangkan PT BBI bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi pemecah gelombang yang efektif dalam melindungi wilayah perairan dari ancaman abrasi. Produk ini memiliki kemampuan tiga kali lipat lebih baik dibandingkan produk sejenis lainnya.
Sejumlah anak usaha tersebut, menurut Anindya Bakrie, juga terus mengembangkan kemampuan dengan mulai memanfaatkan sumber daya manusia dan teknologi digital. “Orientasi kami adalah teknologi yang tepat guna dengan memanfaatkan perkembangan teknologi digital, serta sumber daya manusia handal, tentunya yang muda,” ujar Anindya.
Pengembangan bus listrik oleh PT Bakrie Autoparts, misalnya, menjadi momentum penting bagi perusahaan untuk mulai lebih memahami dan kemudian mengadopsi teknologi mutakhir di bidang industri otomotif, sekaligus sebagai sarana belajar bagi sumber daya manusia.
“Lini bisnis baru di bidang bus listrik ini membawa perusahaan membuka lapangan kerja baru bagi tenaga kerja terampil dari luar, terutama yang menguasai teknologi mechatronics disamping mengadakan peningkatan keterampilan tenaga kerja dari dalam,” tandasnya seraya menambahkan bahwa semua unit usaha Perseroan saat ini telah memulai program rekrutmen tenaga ahli muda.
Lebih jauh, Anin juga menjelaskan tentang diakuisisinya PT Multi Kontrol Nusantara dalam kendali Perseroan, yaitu unit bisnis yang berfokus pada bisnis infrastruktur telekomunikasi dan technology solutions. “Ini membuktikan komitmen kami untuk berinvestasi secara serius di bidang industri berbasis teknologi,” kata Anin lagi.
‘Back to Basic’
Lebih jauh, Anin juga menjelaskan tentang diakuisisinya PT Multi Kontrol Nusantara dalam kendali Perseroan, yaitu unit bisnis yang berfokus pada bisnis infrastruktur telekomunikasi dan technology solutions. “Ini membuktikan komitmen kami untuk berinvestasi secara serius di bidang industri berbasis teknologi,” kata Anin lagi.
Ditambahkannya, ke depan Perseroan akan terus memperbaiki lini usaha semua anak perusahaan, sehingga mampu berkontribusi lebih besar lagi kepada BNBR untuk menjalankan usaha dan mencapai kejayaan seperti sebelumnya. “BNBR komit untuk back to basic. Kita perkuat lagi industri-industri yang sejak awal kita tekuni. Dibarengi dengan penerapan dan penguasaan teknologi terkini serta penambahan investasi terhadap sumber daya yang memadai, kami yakin BNBR akan mampu bersaing secara global,” tutup Anindya Bakrie.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
Bayu Nimpuno
Head of Corporate Communications
bayu.nimpuno@bakrie.co.id
HP: 0815.1180.2250