Blog

Pengumuman

'Hilal' Kebangkitan Ekonomi Kian Telihat

The ‘Hilal’ of Economic Awakening is increasingly visible

Sumber: Cnbcindonesia.com | 05 Jun 2020

Beberapa indikator ekonomi mulai menunjukkan bahwa ekonomi mulai kembali bergeliat seiring dengan ekonomi China yang terus melaju dan pelonggaran lockdown di berbagai negara. Namun mengingat krisis ini belum pernah terjadi sebelumnya, maka kecepatan pemulihan ekonomi masih menghadapi tantangan besar yaitu ketidakpastian.

Indikator yang mencerminkan bahwa ekonomi mulai membaik secara perlahan adalah Purchasing Managers Index (PMI). Angka PMI manufaktur di negara-negara dengan kontribusi PDB terbesar di dunia yakni G20 pada bulan Mei mengalami peningkatan.

Namun angka PMI manufaktur mayoritas negara-negara anggota G20 masih di bawah 50 yang mengindikasikan bahwa sektor manufaktur masih dalam keadaan terkontraksi. Hanya China dan Afrika Selatan saja yang tercatat angka PMI manufakturnya sudah mencapai level 50.

India dan Indonesia tercatat mengalami kontraksi di sektor manufaktur yang sangat parah jika dibandingkan dengan negara-negara anggota G20 lainnya. Angka PMI manufaktur India dan Indonesia masing-masing berada di 27,4 dan 27,5 di bulan April.

Beralih ke sektor jasa, angka PMI jasa bulan Mei 2020 di negara-negara G20 juga sudah mengindikasikan adanya perbaikan. Kebanyakan negara masih menunjukkan adanya kontraksi karena angkanya masih di bawah 50. Hanya China yang sektor jasanya sudah mengalami ekspansi.

China saat ini memang memimpin pemulihan ekonomi. Maklum sebagai negara yang terjangkit pertama, China juga menjadi negara pertama yang mendeklarasikan diri terbebas dari belenggu wabah.

Memasuki bulan Maret jumlah kasus baru di China telah menurun drastis. Hal ini membuat China menjadi lebih leluasa untuk mencabut lockdown terutama di Provinsi Hubei, China bagian tengah yang jadi pusat wabah.

Banyak negara yang terjangkit wabah memilih opsi karantina wilayah mengikuti langkah China. Tak kurang dari 3 miliar orang di dunia atau hampir separuh penduduk bumi mobilitasnya dibatasi. Saking besarnya skala pembatasan, Dana Moneter Internasional (IMF) sampai menyebutnya The Great Lockdown.

Dengan pembatasan yang skalanya masif ini, perekonomian global akhirnya menderita parah mengingat rodanya digerakkan oleh mobilitas orang, barang, modal dan tenaga kerja. Krisis kesehatan yang meluas ini membuat perekonomian global mengalami kontraksi yang dalam.

Dalam laporan World Economic Outlook April 2020, IMF memperkirakan ekonomi global mengalami kontraksi sebesar 3% pada 2020 dengan asumsi bahwa wabah mulai mereda pada paruh kedua tahun 2020.

Nilai kerugian ekonomi yang harus ditanggung akibat pandemi abad ini ditaksir mencapai US$ 9 triliun. Sangat fantastis tentunya karena angkanya masih lebih besar dari output perekonomian Jepang digabung dengan Jerman menurut IMF.

Untuk menyelamatkan perekonomian dari keterpurukan pemerintah dan bank sentral global memberikan bantuan kepada masyarakat, pengusaha hingga sektor keuangan. Namun jelas dengan skala yang berbeda-beda tergantung kapasitas masing-masing.

IMF menilai perekonomian global akan tumbuh 5,8% pada tahun 2021 setelah mengalami kontraksi tahun ini. Namun ingat, kalkulasi ini mengacu pada asumsi bahwa wabah sudah mereda di semester kedua 2020. Jika sampai dengan paruh kedua wabah masih terus merebak atau terjadi gelombang kedua maka aktivitas ekonomi bisa kembali anjlok.

TENTANG KAMI

Bakrie & Brothers history bg

Perjalanan perusahaan dimulai dengan kisah bisnis perdagangan kecil yang berkembang, dan selama lebih dari 75 tahun berkecimpung di bisnis investasi / divestasi, telah mencapai berbagai prestasi dan mengantarkan Bakrie menjadi salah satu korporasi terkemuka di Indonesia.